|
Tweet |
Terusan panama di buat membelah dataran tinggi dan setiap kapal kapal yang lewat akan terasa seperti naik turun gunung, perjalanan melewati terusan panama ini memakan waktu 18 - 20 jam.Ini termasuk 8 - 10 jam melintasi tangga-tangga dam yang berfungsi mengangkat dan menurunkan kapal selama proses penyeberangan.Di Terusan itu ada tiga tangga lock. Satu menghadap Lautan Atlantik, yaitu Gatun Locks, dan dua menghadap Lautan Pasifik: Pedro Miguel Lock dan Miraflores Lock.
Ketiga lock atau dam ini bisa dibuka dan ditutup dengan tenaga listrik. Bila kapal sudah masuk lock, pintu akan tertutup, selanjutnya pintu depan dibuka, hingga air masuk dan kapal terangkat ke atas. Begitu berturut-turut sampai tiga kali hingga kapal sampai pada permukaan telaga. Begitu pula sebaliknya kalu mau turun dari telaga.
Saat melewati lock, mesin kapal dimatikan dan kapal ditarik empat kereta bertenaga raksasa yang bergerak di atas rel dari sisi kiri dan kanannya. Ini untuk meluruskan laju kapal sehingga tidak sampai membentur dinding lock.Antara Gatun Lock dan Pedro Lock membentang danau buatan, Gatun Lake, seluas sekitar 320 kilometer (km) persegi. Sekitar 52 miliar galon air yang digunakan dalam proses kerja tangga-tangga dam terusan dipasok dari danau buatan ini.
Jika penyeberangan dilakukan dari Atlantik ke Pasifik, pertama-tama kapal memasuki Gatun Lock dengan tiga tangga dam yang akan menaikkannya ke permukaan Gatun Lake pada ketinggian sekitar 26 meter (m). Selanjutnya, dari Gatun Lake kapal menyusuri Gaillard (Culebra) Cut, semacam sungai buatan yang berdinding tebing-tebing perbukitan sepanjang sekitar 20 km, sebelum akhirnya mencapai Pedro Miguel Lock dengan satu tangga dam. Dari tangga dam ini kapal akan diturunkan sekitar 10 m untuk mencapai danau kecil buatan, Miraflore s Lake.
Penurunan terakhir untuk mencapai permukaan laut di Samudra Pasifik dilakukan di Miraflores Lock yang terdiri atas dua tangga dam. Kebalikan dari tahapan perjalanan ini akan dilalui oleh kapal-kapal yang menyeberang dari Pasifik ke Atlantik.
Perjalanan menyusuri terusan Panama merupakan atraksi wisata yang menarik. Di samping mengamati kapal-kapal dengan bobot mati antara 400 - 500 ribu ton dinaik-turunkan dengan permainan air, wisatawan juga dapat menyaksikan keindahan flora dan fauna belantara Panama.
Kampung-kampung serta kota-kota penting Panama, seperti Cristobal, Colon, Balboa juga bisa disaksikan di sepanjang terusan. Bahkan, Panama City terletak tidak jauh dari The Bridge of America yang merupakan pintu gerbang memasuki terusan dari Samudera Pasifik.
Cara terbaik untuk menyaksikan semua ini melalui wisata kapal pesiar. Selama penyeberangan, kendali kapal diambil alih oleh petugas dari Badan Pengelola Terusan Panama, termasuk memberikan informasi yang perlu diketahui tentang terusan ini.
Sejarah
Penakluk Spanyol, Vasco Nunez de Balboa, orang Eropa pertama yang melintasi tanah genting itu pada 1513. Ia melaporkan dengan antusias betapa pendeknya daerah yang bisa dijadikan “jembatan daratan” itu. Temuan itu dia ajukan pada Raja Spanyol, Phillipp II [1556 - 1598] dan menganjurkan kalau daratan itu bisa dimanfaatkan sebagai kanal. Namun, raja menolak dengan dua alasan. Pertama, dalam menghadapi pesaing Inggris dan Portugis, pengalang itu justru diperlukan. Kedua, kalau memang Tuhan menghendaki adanya jalan pintas, tentu sudah dibuatNya.
Pembangunan jalur kereta api melintasi tanah genting itu di kemudian hari lumayan memecahkan masalah. Diresmikan pada 1855, pembangunan jalur KA itu tak sedikit meminta korban: paling tidak 6.000 nyawa pekerja pemasang rel melayang karena demam kuning dan malaria. Sejak itu, penumpang dan muatan ringan bisa memintas dari pantai timur ke pantai barat AS lewat dengan dua kali ganti kendaraan yang sangat menyingkat waktu perjalanan. Namun, soal pengiriman barang dalam jumlah maupun ukuran besar, seperti mesin atau kapal perang, belum teratasi. Rencana pembuatan kanal mulai dirasakan mendesak. Selain juga bagi negara pemilik Panama, Republik Kolumbia yang masih hijau itu, konsesi dari setiap peminat akan sangat membantu keuangan mereka yang seret.
Saat itu mata dunia sedang terarah pada keberhasilan kanal lain, Terusan Suez! Pada 1854, Vicomte de Lesseps, telah membuktikan pada raja muda Mesir, bisa mewujudkan pembangunan kanal Suez antara Afrika dan Asia, yang besar manfaatnya. Lesseps sendiri kemudian juga memperoleh hak konsesinya. Apa yang membawa Lesseps sampai masuk ke bisnis ini? Padahal dia bukan arsitek, bukan insinyur ataupun manajer, tapi cuma seorang pensiunan diplomat yang dipensiun lebih awal, yang misinya cuma sejauh menjadi duta besar di Madrid. Jangan salah, dia ahli mempromosikan diri yang sangat berbakat dalam membuat proyek. Usahanya itu bisa berjalan mulus karena saat empat tahun menjabat konsul di Kairo, dia punya hubungan baik sekali dengan negara itu.
Berbekal konsesi khedive, raja muda Mesir itu, pada 1855 Lesseps mengadakan pertemuan di Paris dengan mengundang para insinyur Eropa yang terkenal. Ia berhasil mengajak mereka mendukung rencananya. Sedangkan untuk keuangannya, dengan berani dia mengajak warga Prancis menandatangani kredit pinjaman pembuatan kanal. Ini semua berhasil dia peroleh dengan mulus dan alam juga seakan tidak mengalangi rencananya seperti kemudian yang dia alami di Panama. Dengan mudah ia bisa mengerahkan 1.600 ekor unta untuk mengangkut air minum bagi 25.000 orang pekerjanya. Juga ketika suatu saat sebagian besar pekerja banyak yang mengundurkan diri akibat wabah kolera, Lesseps menganggapnya hanya pukulan sementara.
Peresmian Terusan Suez pada 1869 dirayakan dengan pesta besar-besaran. Komponis terkenal Verdi sampai khusus menciptakan Aida untuk merayakan ini. Sementara Lesseps dielu-elukan sebagai orang Prancis kedua terbesar abad itu setelah Napoleon.
12 delegasi menentang
Tiga hari setelah seremoni besar-besaran itu, Lesseps merayakan ulang tahunnya yang ke-64, dan empat hari kemudian dia mengucapkan janji pernikahannya yang kedua di altar gereja dengan seorang gadis berusia 20 tahun. Seharusnya Lesseps berpuas diri dengan penghargaan yang dia peroleh. Namun, rupanya dia cuma bertahan selama 10 tahun dan mulai bosan.
Tahun 1879, Lesseps kembali ingin terlibat dalam suatu proyek lagi. Pasalnya, seorang spekulan Prancis, Lucien Wyse, memperoleh konsesi di Kolumbia untuk membuat kanal melintasi Panama. Untuk itu ia mengundang para ahli geografi di Paris yang diketuai Ferdinand de Lesseps untuk melakukan kongres internasional, yang akan menilai apa yang bisa dilakukan dengan rencana itu. Wyse berpendapat, tanah genting itu bisa dikepras sampai setinggi permukaan laut, selain dengan menggunakan pintu-pintu dam.
Lesseps jengkel mendengar itu karena kanal Suez-nya toh berhasil tanpa pintu dam. Lesseps lupa kalau keadaan daerahnya berbeda. Ini bisa dilakukan karena titik tertinggi tanah yang harus digali di Suez hanya 16 m di atas permukaan laut. Sedangkan di Panama, pada bagian punggung bukit yang memanjang sejauh 8 km tingginya lebih dari 50 m, bahkan mencapai 102 m di Cerro Culebra. Itu harus disingkirkan dan digali sampai di bawah permukaan laut. Sesuatu yang selama itu belum pernah dilakukan dalam sejarah manusia!
Dasar semangat Lesseps adalah, “Kanal Panama akan dibangun dengan masalah dan keperluan yang jauh lebih sedikit daripada yang dihadapinya saat membangun Terusan Suez!”. Para ahli dari negara lain merasa keberatan karena mereka belum tahu persis apa yang harus dilakukan untuk memulai proyek itu. Namun, ketika sebagian besar dari mereka kebetulan tidak berada di ruangan, Lesseps buru-buru melakukan pemungutan suara antarpara ahli Prancis itu; hanya 12 delegasi yang menentangnya, dan ini pun akhirnya kalah suara . Orang-orang Prancis itu mendesak agar Lesseps sendiri memimpin pembangunan kanal ini. Tapi istrinya keberatan dengan keputusan itu, juga Charles, putranya yang berusia 39 tahun dari perkawinan pertamanya, yang juga membantunya dalam Proyek Suez. Tapi Lesseps tak peduli dan tak seorang pun bisa mengalanginya. Karena sudah berusia 73 tahun, Lesseps merasa proyek ini tidak boleh sampai terbengkalai nantinya; bisa semua batal! Rasa optimis yang berlebihan membuat Lesseps tampaknya semakin jauh dari realitas.
Bahwa bank-bank menolak memberinya kredit, Lesseps sama sekali tidak kehilangan akal. Dia mengajak warga Prancis untuk kembali membantunya menandatangani kredit pinjaman seperti ketika membangun Terusan Suez. Saat keuangan masuk begitu seret, Lesseps menyempatkan diri lagi untuk menengok tanah genting Panama itu, guna membuktikan desas-desus yang menyatakan keadaan iklim di daerah itu mengerikan. Dengan ambisi menggebu, dia berangkat bersama istri, ditemani sekelompok panitia termasuk beberapa tenaga ahli. Lesseps dan rombongan senantiasa diterima dan disambut hangat oleh penduduk sekitar, yang menaruh harapan besar padanya.
Wabah penyakit dan longsor
Pada 1 Januari 1880, secara simbolis Lesseps menancapkan pangkur pada tanah lempung tanda dimulainya pembangunan kanal - yang diperkirakan akan rampung dalam waktu delapan tahun! Dengan rasa kemenangan besar, Lesseps pulang, bertepatan sebelum dimulainya musim penghujan. Dari 80.000 warga Prancis terkumpul uang satu miliar Franc, dua kali lebih besar dari biaya pembuatan Terusan Suez. Sementara Lesseps tetap berada di Prancis, untuk terus mencari dana, Charles de Lesseps mengambil alih pimpinan pembangunan kanal itu.
Batas daerah pembangunan mulai ditentukan, dan hutan dibabat. Tahun 1882, mulai didatangkan mesin keruk berikut rel, lori, dan lokomotif. Juga 3.000 insinyur dan ahli teknik Prancis serta 20.000 pekerja yang sebagian besar orang kulit hitam dari Karibia terlibat dalam proyek ini. Namun, saat tiba musim penghujan, wabah demam kuning datang menyerang. Selain rasa menggigil, penderita juga muntah darah! Dalam beberapa hari, satu dari tiga orang tewas (waktu itu belum ada yang tahu kalau penyakit ini akibat virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk). Tanpa disadari, ribuan orang menjadi korban. Namun mereka masih saja mendatangkan tenaga baru berbekal rasa patriotisme yang tinggi dan kemauan kuat, seperti yang diperlihatkan saat Prancis menaklukkan Jerman pada 1871. Itulah memang yang ingin diperlihatkan Prancis pada dunia.
Begitu juga kini yang mereka lakukan pada Panama yang praktis sudah dikuasai oleh Prancis dan Lesseps. Di tengah malapetaka demam kuning, mereka berhasil menembus punggung bukit Culebra setinggi 100 m, sepanjang 1,6 km dengan kedalaman lebih dari 100 m. Lesseps sendiri yang mengarahkan dibuatnya sebuah dinding jurang dengan sisi-sisi yang hampir tegak lurus - pekerjaan yang bukan main sulit! Namun, tidak seorang pun menyangka batu cadas itu berisi tanah lempung dan bagian atasnya ditutupi lapisan tanah lempung sampai setebal 18 m. Akibatnya, saat tiba musim penghujan, tanah lempung itu tertekan ke bawah dan terjadi tanah longsor, dan mengubur mesin keruk, rel beserta lokomotif mereka. Sia-sialah pekerjaan yang sudah mereka lakukan selama berbulan-bulan.
Tahun 1885, setelah berjuang menghadapi wabah dan lumpur, mulai tampak bahwa pembangunan kanal jelas tidak mungkin diteruskan. Kecuali dengan sistem dam, ide yang pernah menjadi tertawaan Lesseps itu. Sementara itu di Prancis, Lesseps yang waktu itu telah berusia 80 tahun, selama dua minggu penuh tak jemu-jemu mengeluarkan laporan tulisan, juga ceramah yang berapi-api mengenai kemajuan terakhir dari pembangunan kanal Panama untuk pers Prancis. Tidak segan-segan dia memberi sejumlah besar uang buat para wartawan, penerbit, konsultan instalasi, dan pejabat pemerintah.
Sampai tahun 1887, akhirnya para insinyurnya menyatakan pada Lesseps, mereka menyerah dengan ide kanal tanpa dam. Paling tidak mereka perlu memakai sistem dam sebagai jalan pemecahan sementara, untuk membagi dua penggalian. Untuk itu Lesseps menyatakan kalau dia hanya perlu waktu tiga tahun dan uang 600 juta Franc yang bisa diperoleh dengan mengadakan undian. Awalnya, panitia negara yang mengeluarkan undian ini tidak setuju. Namun, dalam pemungutan suara yang kedua, mereka setuju juga karena masing-masing anggota itu disogok 300.000 Franc; begitulah yang kemudian terbongkar oleh pers.
Ternyata hasil undian yang diperoleh kurang dari biaya pengeluaran pengadaan undian itu sendiri. Kebobrokan di balik pembangunan kanal Panama mulai terbongkar. Tahun 1888 Lesseps dinyatakan bangkrut. Sepuluh ribuan warga Prancis menuntut uang mereka, apalagi ketika seorang menteri terang-terangan mengaku telah disogok oleh Lesseps. Lesseps dan putranya harus menanggung akibatnya, dijatuhi hukuman penjara 5 tahun.
Dikontrak Amerika
Kanal Panama ditinggal begitu saja sebelum AS mulai tertarik pada kanal itu. Awalnya tahun 1898, dalam perang menghadapi Spanyol, kapal penjelajah AS “Oregon” dalam perjalanannya dari pantai barat ke pantai timur AS, seperti biasanya, harus memutari Cape Horn selama tiga bulan!
Mulanya pemerintah Prancis menawarkan harga terlalu tinggi untuk reruntuhan kanal itu. Barulah ketika Prancis menurunkan harganya menjadi AS $ 40 juta, Washington menerima dan mengajukan kontrak pada Kolumbia. Dalam kontrak itu AS dinyatakan mempunyai hak mengatur kedua sisi wilayah kanal itu selama 100 tahun. Untuk itu AS akan membayar uang sewa AS $ 10 juta setiap tahunnya.
Namun, Parlemen Kolumbia memperdebatkan hal ini selama 1,5 tahun, sampai Presiden Theodore Roosevelt mengirimkan telegram ancaman, yang mendesak agar masalah ini diputuskan secepatnya. Bahkan dalam pidatonya di Washington, Roosevelt sampai melontarkan ucapan keras, “Makhluk menjengkelkan ini memang harus diberi pelajaran!”
Maka bukan kebetulan juga ketika kemudian meletus pemberontakan di daerah Propinsi Kolumbia itu AS ikut membantunya. Panama menyatakan keinginan untuk memerdekakan diri pada 1903, dan mengambil uang AS $ 10 juta itu sebagai uang kas negara. Kalau berhasil memperoleh kedaulatan penuh, mereka mengizinkan AS tetap memegang zona di sekitar kanal.
Ketika AS mulai membangun kanal itu di tahun 1904, hal pertama yang mereka lakukan adalah membasmi demam kuning. Berdasarkan penelitian tim peneliti angkatan perang AS (1900), dengan mengorbankan banyak nyawa rekannya, mereka berhasil menemukan biang keladi penyebab demam kuning, yaitu nyamuk. Jadi, walau harus mengeluarkan biaya mahal, tindakan yang harus mereka lakukan sudah jelas: mengeringkan rawa-rawa, menutupi lubang-lubang air, talang air dijaga agar selalu kering, dan semua dataran berair yang ada disemprot dengan bensin. Hasilnya, selama 10 tahun pembangunan kanal, dari 42.000 pekerja, terhitung 2.000 orang yang tewas. Ini pun lebih banyak karena kecelakaan dan malaria daripada demam kuning.
Jelas sudah, biaya untuk mewujudkan ide Lesseps membuat kanal setinggi permukaan laut itu tidak mungkin. Karena membelah dataran tinggi, kapal yang lewat kanal ini seperti naik turun gunung. Untuk itu kapal harus melewati tiga kolam dam. Di mana kapal diangkat sampai setinggi 26 m di atas permukaan laut dan pada dam terakhir kembali diturunkan. Jalan pintas sepanjang 82 km itu dilewati hanya dalam waktu 8 jam.
14.000 kapal per tahun
Pada 15 Agustus 1914, kanal Panama diresmikan. Berbeda seperti saat peresmian Terusan Suez, peresmian itu tanpa tanda yang berarti karena waktu itu dunia sedang diambang PD I. Sejak itu kanal Panama mulai berfungsi. Dataran tinggi Cristobal merupakan gerbang pelabuhan di wilayah Samudera Atlantik, sedangkan Balboa merupakan kota pelabuhan di Pasifik. Kanal berteknologi tinggi, yang menjadi salah satu dari dua jalur perkapalan penting di dunia itu setiap tahunnya dilewati sekitar 14.000 kapal. Namun, Terusan Panama yang sudah sekian tahun itu masih saja menjadi sasaran ketidakpuasan, terutama berkaitan dengan masalah ketiga damnya. Masing-masing dam panjangnya 305 m, lebar 33,5 m, suatu ukuran raksasa bagi kebutuhan di tahun 1914. Tapi ini sudah tidak cocok lagi buat kapal-kapal tanker raksasa maupun kapal-kapal induk atau pengangkut pesawat terbesar AS masa kini.
Kapal pesiar “Queen Elizabeth 2″ misalnya, saat melewati kanal, di kedua sisi badan kapal itu masing-masing hanya tinggal selisih 75 cm dari dinding dam. Sedangkan kapal tempur AS “New Jersey” hanya menyisakan ruang tidak sampai 25 cm di kedua sisinya! Tentu saja ini membuat kecut para pemandu kapal, yang harus berada di atas kapal saat pengontrol lokomotif kecil yang menarik kapal-kapal itu memasuki dam lewat rel baja. Bila meleset sesenti saja, bisa gawat!
Apakah dam-dam itu perlu diperbesar sampai jurang Culebra yang pernah memusnahkan impian Lesseps? Karena saat sebuah kapal besar sedang menyusur jalan pintas itu, jalur yang bisa digunakan hanya satu, sehingga terpaksa harus menunggu lama
Terusan Panama Akan Diperluas
Terusan Panama sudah kadaluwarsa. Kapal-kapal laut besar dan modern tidak bisa melewatinya lagi dan karena itu perlu diperluas. Ini kisah ringkas di belakang referendum Ahad lalu. Hampir 80% masyarakat menyepakati perluasan Terusan Panama. Dengan demikian proyek prestisius ini tampaknya tidak menghadapi halangan apa pun lagi. 31 Desember 1999 Amerika menyerahkan terusan ini kepada Panama. Sejak dibangun, terusan ini bukan hanya kelihaian teknis saja - di sini kapal-kapal penjelajah samudra diangkat 25 meter ke atas gunung - tapi terutama lambang internasional yang tak terpisahkan dari nama negaranya. Demi terusan ini, awal abad lalu Amerika mendukung pemisahan Panama dari Kolombia. Sejak penyerahannya tahun 1999, terusan ini menjadi salah satu sumber penghasilan terpenting Panama.
Sejauh ini, terusan Panama hanya bisa dilewati oleh apa yang disebut kapal-kapal Panamaz. Kapal ini dinamai dengan lebarnya terusan. Kapal-kapal ini harus menunggu lama sebelum bisa melewati pintu air. Terusan Panama juga menghadapi persaingan sengit dari misalnya jawatan kereta api inter samudra yang melintasi Amerika Serikat dan Meksiko, serta rencana negara tetangga Nikaragua untuk juga membangun terusan. Secara kongkrit, perluasan terusan Panama dibarengi dengan pembangunan dua pintu air ekstra lebar, yaitu pada awal dan akhir terusan. Terusan Panama juga akan diperluas dan diperdalam di beberapa tempat. Proyek ini akan makan waktu paling sedikit delapan tahun dan biayanya mencapai lebih lima milyar dolar. Panama sendiri akan menyalurkan sekitar separuh ongkosnya. Sisanya diambil dari pinjaman-pinjaman internasional.
Ketiga lock atau dam ini bisa dibuka dan ditutup dengan tenaga listrik. Bila kapal sudah masuk lock, pintu akan tertutup, selanjutnya pintu depan dibuka, hingga air masuk dan kapal terangkat ke atas. Begitu berturut-turut sampai tiga kali hingga kapal sampai pada permukaan telaga. Begitu pula sebaliknya kalu mau turun dari telaga.
Saat melewati lock, mesin kapal dimatikan dan kapal ditarik empat kereta bertenaga raksasa yang bergerak di atas rel dari sisi kiri dan kanannya. Ini untuk meluruskan laju kapal sehingga tidak sampai membentur dinding lock.Antara Gatun Lock dan Pedro Lock membentang danau buatan, Gatun Lake, seluas sekitar 320 kilometer (km) persegi. Sekitar 52 miliar galon air yang digunakan dalam proses kerja tangga-tangga dam terusan dipasok dari danau buatan ini.
Jika penyeberangan dilakukan dari Atlantik ke Pasifik, pertama-tama kapal memasuki Gatun Lock dengan tiga tangga dam yang akan menaikkannya ke permukaan Gatun Lake pada ketinggian sekitar 26 meter (m). Selanjutnya, dari Gatun Lake kapal menyusuri Gaillard (Culebra) Cut, semacam sungai buatan yang berdinding tebing-tebing perbukitan sepanjang sekitar 20 km, sebelum akhirnya mencapai Pedro Miguel Lock dengan satu tangga dam. Dari tangga dam ini kapal akan diturunkan sekitar 10 m untuk mencapai danau kecil buatan, Miraflore s Lake.
Penurunan terakhir untuk mencapai permukaan laut di Samudra Pasifik dilakukan di Miraflores Lock yang terdiri atas dua tangga dam. Kebalikan dari tahapan perjalanan ini akan dilalui oleh kapal-kapal yang menyeberang dari Pasifik ke Atlantik.
Perjalanan menyusuri terusan Panama merupakan atraksi wisata yang menarik. Di samping mengamati kapal-kapal dengan bobot mati antara 400 - 500 ribu ton dinaik-turunkan dengan permainan air, wisatawan juga dapat menyaksikan keindahan flora dan fauna belantara Panama.
Kampung-kampung serta kota-kota penting Panama, seperti Cristobal, Colon, Balboa juga bisa disaksikan di sepanjang terusan. Bahkan, Panama City terletak tidak jauh dari The Bridge of America yang merupakan pintu gerbang memasuki terusan dari Samudera Pasifik.
Cara terbaik untuk menyaksikan semua ini melalui wisata kapal pesiar. Selama penyeberangan, kendali kapal diambil alih oleh petugas dari Badan Pengelola Terusan Panama, termasuk memberikan informasi yang perlu diketahui tentang terusan ini.
Sejarah
Penakluk Spanyol, Vasco Nunez de Balboa, orang Eropa pertama yang melintasi tanah genting itu pada 1513. Ia melaporkan dengan antusias betapa pendeknya daerah yang bisa dijadikan “jembatan daratan” itu. Temuan itu dia ajukan pada Raja Spanyol, Phillipp II [1556 - 1598] dan menganjurkan kalau daratan itu bisa dimanfaatkan sebagai kanal. Namun, raja menolak dengan dua alasan. Pertama, dalam menghadapi pesaing Inggris dan Portugis, pengalang itu justru diperlukan. Kedua, kalau memang Tuhan menghendaki adanya jalan pintas, tentu sudah dibuatNya.
Pembangunan jalur kereta api melintasi tanah genting itu di kemudian hari lumayan memecahkan masalah. Diresmikan pada 1855, pembangunan jalur KA itu tak sedikit meminta korban: paling tidak 6.000 nyawa pekerja pemasang rel melayang karena demam kuning dan malaria. Sejak itu, penumpang dan muatan ringan bisa memintas dari pantai timur ke pantai barat AS lewat dengan dua kali ganti kendaraan yang sangat menyingkat waktu perjalanan. Namun, soal pengiriman barang dalam jumlah maupun ukuran besar, seperti mesin atau kapal perang, belum teratasi. Rencana pembuatan kanal mulai dirasakan mendesak. Selain juga bagi negara pemilik Panama, Republik Kolumbia yang masih hijau itu, konsesi dari setiap peminat akan sangat membantu keuangan mereka yang seret.
Saat itu mata dunia sedang terarah pada keberhasilan kanal lain, Terusan Suez! Pada 1854, Vicomte de Lesseps, telah membuktikan pada raja muda Mesir, bisa mewujudkan pembangunan kanal Suez antara Afrika dan Asia, yang besar manfaatnya. Lesseps sendiri kemudian juga memperoleh hak konsesinya. Apa yang membawa Lesseps sampai masuk ke bisnis ini? Padahal dia bukan arsitek, bukan insinyur ataupun manajer, tapi cuma seorang pensiunan diplomat yang dipensiun lebih awal, yang misinya cuma sejauh menjadi duta besar di Madrid. Jangan salah, dia ahli mempromosikan diri yang sangat berbakat dalam membuat proyek. Usahanya itu bisa berjalan mulus karena saat empat tahun menjabat konsul di Kairo, dia punya hubungan baik sekali dengan negara itu.
Berbekal konsesi khedive, raja muda Mesir itu, pada 1855 Lesseps mengadakan pertemuan di Paris dengan mengundang para insinyur Eropa yang terkenal. Ia berhasil mengajak mereka mendukung rencananya. Sedangkan untuk keuangannya, dengan berani dia mengajak warga Prancis menandatangani kredit pinjaman pembuatan kanal. Ini semua berhasil dia peroleh dengan mulus dan alam juga seakan tidak mengalangi rencananya seperti kemudian yang dia alami di Panama. Dengan mudah ia bisa mengerahkan 1.600 ekor unta untuk mengangkut air minum bagi 25.000 orang pekerjanya. Juga ketika suatu saat sebagian besar pekerja banyak yang mengundurkan diri akibat wabah kolera, Lesseps menganggapnya hanya pukulan sementara.
Peresmian Terusan Suez pada 1869 dirayakan dengan pesta besar-besaran. Komponis terkenal Verdi sampai khusus menciptakan Aida untuk merayakan ini. Sementara Lesseps dielu-elukan sebagai orang Prancis kedua terbesar abad itu setelah Napoleon.
12 delegasi menentang
Tiga hari setelah seremoni besar-besaran itu, Lesseps merayakan ulang tahunnya yang ke-64, dan empat hari kemudian dia mengucapkan janji pernikahannya yang kedua di altar gereja dengan seorang gadis berusia 20 tahun. Seharusnya Lesseps berpuas diri dengan penghargaan yang dia peroleh. Namun, rupanya dia cuma bertahan selama 10 tahun dan mulai bosan.
Tahun 1879, Lesseps kembali ingin terlibat dalam suatu proyek lagi. Pasalnya, seorang spekulan Prancis, Lucien Wyse, memperoleh konsesi di Kolumbia untuk membuat kanal melintasi Panama. Untuk itu ia mengundang para ahli geografi di Paris yang diketuai Ferdinand de Lesseps untuk melakukan kongres internasional, yang akan menilai apa yang bisa dilakukan dengan rencana itu. Wyse berpendapat, tanah genting itu bisa dikepras sampai setinggi permukaan laut, selain dengan menggunakan pintu-pintu dam.
Lesseps jengkel mendengar itu karena kanal Suez-nya toh berhasil tanpa pintu dam. Lesseps lupa kalau keadaan daerahnya berbeda. Ini bisa dilakukan karena titik tertinggi tanah yang harus digali di Suez hanya 16 m di atas permukaan laut. Sedangkan di Panama, pada bagian punggung bukit yang memanjang sejauh 8 km tingginya lebih dari 50 m, bahkan mencapai 102 m di Cerro Culebra. Itu harus disingkirkan dan digali sampai di bawah permukaan laut. Sesuatu yang selama itu belum pernah dilakukan dalam sejarah manusia!
Dasar semangat Lesseps adalah, “Kanal Panama akan dibangun dengan masalah dan keperluan yang jauh lebih sedikit daripada yang dihadapinya saat membangun Terusan Suez!”. Para ahli dari negara lain merasa keberatan karena mereka belum tahu persis apa yang harus dilakukan untuk memulai proyek itu. Namun, ketika sebagian besar dari mereka kebetulan tidak berada di ruangan, Lesseps buru-buru melakukan pemungutan suara antarpara ahli Prancis itu; hanya 12 delegasi yang menentangnya, dan ini pun akhirnya kalah suara . Orang-orang Prancis itu mendesak agar Lesseps sendiri memimpin pembangunan kanal ini. Tapi istrinya keberatan dengan keputusan itu, juga Charles, putranya yang berusia 39 tahun dari perkawinan pertamanya, yang juga membantunya dalam Proyek Suez. Tapi Lesseps tak peduli dan tak seorang pun bisa mengalanginya. Karena sudah berusia 73 tahun, Lesseps merasa proyek ini tidak boleh sampai terbengkalai nantinya; bisa semua batal! Rasa optimis yang berlebihan membuat Lesseps tampaknya semakin jauh dari realitas.
Bahwa bank-bank menolak memberinya kredit, Lesseps sama sekali tidak kehilangan akal. Dia mengajak warga Prancis untuk kembali membantunya menandatangani kredit pinjaman seperti ketika membangun Terusan Suez. Saat keuangan masuk begitu seret, Lesseps menyempatkan diri lagi untuk menengok tanah genting Panama itu, guna membuktikan desas-desus yang menyatakan keadaan iklim di daerah itu mengerikan. Dengan ambisi menggebu, dia berangkat bersama istri, ditemani sekelompok panitia termasuk beberapa tenaga ahli. Lesseps dan rombongan senantiasa diterima dan disambut hangat oleh penduduk sekitar, yang menaruh harapan besar padanya.
Wabah penyakit dan longsor
Pada 1 Januari 1880, secara simbolis Lesseps menancapkan pangkur pada tanah lempung tanda dimulainya pembangunan kanal - yang diperkirakan akan rampung dalam waktu delapan tahun! Dengan rasa kemenangan besar, Lesseps pulang, bertepatan sebelum dimulainya musim penghujan. Dari 80.000 warga Prancis terkumpul uang satu miliar Franc, dua kali lebih besar dari biaya pembuatan Terusan Suez. Sementara Lesseps tetap berada di Prancis, untuk terus mencari dana, Charles de Lesseps mengambil alih pimpinan pembangunan kanal itu.
Batas daerah pembangunan mulai ditentukan, dan hutan dibabat. Tahun 1882, mulai didatangkan mesin keruk berikut rel, lori, dan lokomotif. Juga 3.000 insinyur dan ahli teknik Prancis serta 20.000 pekerja yang sebagian besar orang kulit hitam dari Karibia terlibat dalam proyek ini. Namun, saat tiba musim penghujan, wabah demam kuning datang menyerang. Selain rasa menggigil, penderita juga muntah darah! Dalam beberapa hari, satu dari tiga orang tewas (waktu itu belum ada yang tahu kalau penyakit ini akibat virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk). Tanpa disadari, ribuan orang menjadi korban. Namun mereka masih saja mendatangkan tenaga baru berbekal rasa patriotisme yang tinggi dan kemauan kuat, seperti yang diperlihatkan saat Prancis menaklukkan Jerman pada 1871. Itulah memang yang ingin diperlihatkan Prancis pada dunia.
Begitu juga kini yang mereka lakukan pada Panama yang praktis sudah dikuasai oleh Prancis dan Lesseps. Di tengah malapetaka demam kuning, mereka berhasil menembus punggung bukit Culebra setinggi 100 m, sepanjang 1,6 km dengan kedalaman lebih dari 100 m. Lesseps sendiri yang mengarahkan dibuatnya sebuah dinding jurang dengan sisi-sisi yang hampir tegak lurus - pekerjaan yang bukan main sulit! Namun, tidak seorang pun menyangka batu cadas itu berisi tanah lempung dan bagian atasnya ditutupi lapisan tanah lempung sampai setebal 18 m. Akibatnya, saat tiba musim penghujan, tanah lempung itu tertekan ke bawah dan terjadi tanah longsor, dan mengubur mesin keruk, rel beserta lokomotif mereka. Sia-sialah pekerjaan yang sudah mereka lakukan selama berbulan-bulan.
Tahun 1885, setelah berjuang menghadapi wabah dan lumpur, mulai tampak bahwa pembangunan kanal jelas tidak mungkin diteruskan. Kecuali dengan sistem dam, ide yang pernah menjadi tertawaan Lesseps itu. Sementara itu di Prancis, Lesseps yang waktu itu telah berusia 80 tahun, selama dua minggu penuh tak jemu-jemu mengeluarkan laporan tulisan, juga ceramah yang berapi-api mengenai kemajuan terakhir dari pembangunan kanal Panama untuk pers Prancis. Tidak segan-segan dia memberi sejumlah besar uang buat para wartawan, penerbit, konsultan instalasi, dan pejabat pemerintah.
Sampai tahun 1887, akhirnya para insinyurnya menyatakan pada Lesseps, mereka menyerah dengan ide kanal tanpa dam. Paling tidak mereka perlu memakai sistem dam sebagai jalan pemecahan sementara, untuk membagi dua penggalian. Untuk itu Lesseps menyatakan kalau dia hanya perlu waktu tiga tahun dan uang 600 juta Franc yang bisa diperoleh dengan mengadakan undian. Awalnya, panitia negara yang mengeluarkan undian ini tidak setuju. Namun, dalam pemungutan suara yang kedua, mereka setuju juga karena masing-masing anggota itu disogok 300.000 Franc; begitulah yang kemudian terbongkar oleh pers.
Ternyata hasil undian yang diperoleh kurang dari biaya pengeluaran pengadaan undian itu sendiri. Kebobrokan di balik pembangunan kanal Panama mulai terbongkar. Tahun 1888 Lesseps dinyatakan bangkrut. Sepuluh ribuan warga Prancis menuntut uang mereka, apalagi ketika seorang menteri terang-terangan mengaku telah disogok oleh Lesseps. Lesseps dan putranya harus menanggung akibatnya, dijatuhi hukuman penjara 5 tahun.
Dikontrak Amerika
Kanal Panama ditinggal begitu saja sebelum AS mulai tertarik pada kanal itu. Awalnya tahun 1898, dalam perang menghadapi Spanyol, kapal penjelajah AS “Oregon” dalam perjalanannya dari pantai barat ke pantai timur AS, seperti biasanya, harus memutari Cape Horn selama tiga bulan!
Mulanya pemerintah Prancis menawarkan harga terlalu tinggi untuk reruntuhan kanal itu. Barulah ketika Prancis menurunkan harganya menjadi AS $ 40 juta, Washington menerima dan mengajukan kontrak pada Kolumbia. Dalam kontrak itu AS dinyatakan mempunyai hak mengatur kedua sisi wilayah kanal itu selama 100 tahun. Untuk itu AS akan membayar uang sewa AS $ 10 juta setiap tahunnya.
Namun, Parlemen Kolumbia memperdebatkan hal ini selama 1,5 tahun, sampai Presiden Theodore Roosevelt mengirimkan telegram ancaman, yang mendesak agar masalah ini diputuskan secepatnya. Bahkan dalam pidatonya di Washington, Roosevelt sampai melontarkan ucapan keras, “Makhluk menjengkelkan ini memang harus diberi pelajaran!”
Maka bukan kebetulan juga ketika kemudian meletus pemberontakan di daerah Propinsi Kolumbia itu AS ikut membantunya. Panama menyatakan keinginan untuk memerdekakan diri pada 1903, dan mengambil uang AS $ 10 juta itu sebagai uang kas negara. Kalau berhasil memperoleh kedaulatan penuh, mereka mengizinkan AS tetap memegang zona di sekitar kanal.
Ketika AS mulai membangun kanal itu di tahun 1904, hal pertama yang mereka lakukan adalah membasmi demam kuning. Berdasarkan penelitian tim peneliti angkatan perang AS (1900), dengan mengorbankan banyak nyawa rekannya, mereka berhasil menemukan biang keladi penyebab demam kuning, yaitu nyamuk. Jadi, walau harus mengeluarkan biaya mahal, tindakan yang harus mereka lakukan sudah jelas: mengeringkan rawa-rawa, menutupi lubang-lubang air, talang air dijaga agar selalu kering, dan semua dataran berair yang ada disemprot dengan bensin. Hasilnya, selama 10 tahun pembangunan kanal, dari 42.000 pekerja, terhitung 2.000 orang yang tewas. Ini pun lebih banyak karena kecelakaan dan malaria daripada demam kuning.
Jelas sudah, biaya untuk mewujudkan ide Lesseps membuat kanal setinggi permukaan laut itu tidak mungkin. Karena membelah dataran tinggi, kapal yang lewat kanal ini seperti naik turun gunung. Untuk itu kapal harus melewati tiga kolam dam. Di mana kapal diangkat sampai setinggi 26 m di atas permukaan laut dan pada dam terakhir kembali diturunkan. Jalan pintas sepanjang 82 km itu dilewati hanya dalam waktu 8 jam.
14.000 kapal per tahun
Pada 15 Agustus 1914, kanal Panama diresmikan. Berbeda seperti saat peresmian Terusan Suez, peresmian itu tanpa tanda yang berarti karena waktu itu dunia sedang diambang PD I. Sejak itu kanal Panama mulai berfungsi. Dataran tinggi Cristobal merupakan gerbang pelabuhan di wilayah Samudera Atlantik, sedangkan Balboa merupakan kota pelabuhan di Pasifik. Kanal berteknologi tinggi, yang menjadi salah satu dari dua jalur perkapalan penting di dunia itu setiap tahunnya dilewati sekitar 14.000 kapal. Namun, Terusan Panama yang sudah sekian tahun itu masih saja menjadi sasaran ketidakpuasan, terutama berkaitan dengan masalah ketiga damnya. Masing-masing dam panjangnya 305 m, lebar 33,5 m, suatu ukuran raksasa bagi kebutuhan di tahun 1914. Tapi ini sudah tidak cocok lagi buat kapal-kapal tanker raksasa maupun kapal-kapal induk atau pengangkut pesawat terbesar AS masa kini.
Kapal pesiar “Queen Elizabeth 2″ misalnya, saat melewati kanal, di kedua sisi badan kapal itu masing-masing hanya tinggal selisih 75 cm dari dinding dam. Sedangkan kapal tempur AS “New Jersey” hanya menyisakan ruang tidak sampai 25 cm di kedua sisinya! Tentu saja ini membuat kecut para pemandu kapal, yang harus berada di atas kapal saat pengontrol lokomotif kecil yang menarik kapal-kapal itu memasuki dam lewat rel baja. Bila meleset sesenti saja, bisa gawat!
Apakah dam-dam itu perlu diperbesar sampai jurang Culebra yang pernah memusnahkan impian Lesseps? Karena saat sebuah kapal besar sedang menyusur jalan pintas itu, jalur yang bisa digunakan hanya satu, sehingga terpaksa harus menunggu lama
Terusan Panama Akan Diperluas
Terusan Panama sudah kadaluwarsa. Kapal-kapal laut besar dan modern tidak bisa melewatinya lagi dan karena itu perlu diperluas. Ini kisah ringkas di belakang referendum Ahad lalu. Hampir 80% masyarakat menyepakati perluasan Terusan Panama. Dengan demikian proyek prestisius ini tampaknya tidak menghadapi halangan apa pun lagi. 31 Desember 1999 Amerika menyerahkan terusan ini kepada Panama. Sejak dibangun, terusan ini bukan hanya kelihaian teknis saja - di sini kapal-kapal penjelajah samudra diangkat 25 meter ke atas gunung - tapi terutama lambang internasional yang tak terpisahkan dari nama negaranya. Demi terusan ini, awal abad lalu Amerika mendukung pemisahan Panama dari Kolombia. Sejak penyerahannya tahun 1999, terusan ini menjadi salah satu sumber penghasilan terpenting Panama.
Sejauh ini, terusan Panama hanya bisa dilewati oleh apa yang disebut kapal-kapal Panamaz. Kapal ini dinamai dengan lebarnya terusan. Kapal-kapal ini harus menunggu lama sebelum bisa melewati pintu air. Terusan Panama juga menghadapi persaingan sengit dari misalnya jawatan kereta api inter samudra yang melintasi Amerika Serikat dan Meksiko, serta rencana negara tetangga Nikaragua untuk juga membangun terusan. Secara kongkrit, perluasan terusan Panama dibarengi dengan pembangunan dua pintu air ekstra lebar, yaitu pada awal dan akhir terusan. Terusan Panama juga akan diperluas dan diperdalam di beberapa tempat. Proyek ini akan makan waktu paling sedikit delapan tahun dan biayanya mencapai lebih lima milyar dolar. Panama sendiri akan menyalurkan sekitar separuh ongkosnya. Sisanya diambil dari pinjaman-pinjaman internasional.
0 komentar:
Posting Komentar