|
Tweet |
Jakarta, Dyspareunia adalah rasa sakit saat atau sesudah menjalani hubungan seksual. Dyspareunia juga dapat dialami oleh laki-laki, tetapi lebih sering dirasakan oleh wanita. Wanita yang mengalami dyspareunia dapat merasakan sakit di daerah vagina, klitoris ataupun labia.
Sulit untuk mengetahui secara tepat angka kejadian dyspareunia, karena sebagian besar kasus yang terjadi tidak dilaporkan. Berdasarkan survey terhadap 105 wanita di Inggris pada tahun 1990 yang medicastore ambil dari patient.co.uk, didapat hasil :
- 21 % melaporkan jarang mengalami dyspareunia.
- 55 % mengatakan kadang-kadang mengalami dyspareunia.
- 24 % mengatakan sering atau selalu mengalami dyspareunia.
- 47 % mengatakan bahwa menjadi jarang berhubungan seksual karena dyspareunia.
- 33 % mengatakan bahwa dyspareunia telah mempengaruhi hubungan mereka.
Pada survey tahun 2003 yang dilakukan di Scandinavia dengan jumlah responden lebih besar lagi (3017 orang), menunjukkan bahwa angka kejadian dyspareunia sebanyak 9,3 % untuk semua kelompok. Sedangkan pada wanita dengan usia 20-29 angka kejadiannya 13 %, & untuk kelompok usia 50-60 tahun angka kejadiannya 6,5 %.
Gejala Dyspareunia
Para peneliti memperkirakan bahwa 1 dari 5 wanita mengalami rasa sakit pada area kelaminnya, yang terjadi sebelum, selama ataupun sesudah hubungan seksual. Tetapi lokasi dari rasa sakit tersebut daapt berbeda-beda. Jenis rasa sakit yang dirasakan, yang medicastore ambil dari mayoclinic.com diantaranya adalah :
- Sakit saat ada penetrasi, bahkan pada saat menggunakan tampon.
- Sakit hanya pada kondisi tertentu.
- Sakit pada daerah vagina yang dangkal.
- Sakit yang mendalam pada saat penetrasi yang dalam.
- Rasa sakit seperti terbakar.
Kebanyakan wanita yang mengalami dyspareunia, mengeluhkan rasa sakit yang dangkal, yang terjadi saat penetrasi.
Penyebab Dispareunia
Penyebab rasa sakit atau dyspareunia dapat bervariasi, tergantung dari lokasi rasa sakitnya. Berikut beberapa penyebabnya yang medicastore ambil dari mayoclinic. :
1. Penyebab dari rasa sakit saat penetrasi
- Kurangnya lubrikasi. Hal ini sering terjadi karena kurangnya foreplay sebelum hubungan seksual atau karena rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause, setelah melahirkan atau selama masa menyusui. Sebagai tambahan, beberapa obat juga dapat menghambat gairah seksual, sehingga mengurangi produksi pelumas & menjadikan hubungan seksual terasa menyakitkan. Obat-obatan tersebut diantaranya obat anti depresi, obat tekanan darah tinggi, obat penenang, anti histamin & beberapa obat KB tertentu.
- Adanya luka, trauma atau iritasi. Hal ini termasuk luka atau iritasi akibat kecelakaan, operasi panggul, sunat wanita, episiotomy atau kelainan congenital.
- Radang, infeksi atau kelainan kulit. Infeksi yang terjadi pada area genital atau saluran kencing dapat menyebabkan rasa sakit pada saat hubungan seksual. Eksim atau masalah kulit lainnya di daerah genital juga dapat menyebabkan masalah yang sama.
- Reaksi terhadap jenis KB tertentu. Sangat mungkin untuk mengalami reaksi alergi terhadap foam, gel ataupun latex. Rasa sakit juga dapat terjadi akibat penempatan diafragma atau cervical cap yang kurang tepat.
- Vaginusmus, suatu kejang yang terjadi pada otot dinding vagina juga dapat menyebabkan usaha penetrasi menjadi sangat menyakitkan. Selain itu, vestibulitis, yaitu rasa sakit seperti terbakar atau pedih di mulut vagina juga dapat terjadi saat penetrasi yang menyakitkan.
2. Penyebab rasa sakit yang dalam
Rasa sakit yang dalam biasanya dirasakan saat terjadi penetrasi yang dalam & dapat lebih mudah terjadi pada posisi tertentu. Penyebabnya termasuk :
- Adanya penyakit atau kondisi tertentu, seperti : endometriosis, penyakit radang panggul, uterine prolapse, rahim yang terbalik, uterine fibroids, cystitis, sindrom usus, wasir & kista ovarian.
- Infeksi pada daerah leher rahim, rahim atau tuba falopi juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang dalam.
- Operasi atau terapi medis. Bekas luka operasi yang meliputi daerah panggul, termasuk hysterectomy, kadang-kadang dapat menyebabkan terjadinya nyeri saat hubungan seksual. Sebagai tambahan, terapi medis untuk kanker seperti radiasi & kemoterapi, juga dapat menyebabkan perubahan yang menyebabkan hubungan seksual terasa menyakitkan.
3. Faktor emosional
Faktor emosional sangat berhubungan dengan aktifitas seksual & dapat memainkan peran pada semua jenis rasa sakit akibat hubungan seksual. Yang termasuk faktor emosional adalah :
- Masalah psikologi. Kecemasan, depresi, khawatir mengenai penampilan fisik, takut terhadap kedekatan atau masalah hubungan dapat memberikan kontribusi terhadap rendahnya gairah seksual yang berakibat rasa tidak nyaman atau rasa sakit.
- Stres. Otot pada dasar panggul sanggat sensitif terhadap rasa stres. Sehingga stres dapat menyebabkan hubungan seksual menjadi menyakitkan.
- Riwayat kekerasan seksual. Kebanyakan wanita yang mengalami dyspareunia tidak mempunyai riwayat kejadian kekerasan seksual, tetapi jika pernah mengalaminya maka hal tersebut dapat menjadi slaah satu penyebab.
Kadang sangat sulit untuk menentukan faktor psikologi yang terkait dengan dyspareunia. Rasa sakit pada awal hubungan seksual dapat menuju pada rasa takut atau rasa sakit yang berulang. Sehingga menjadi susah untuk tenang selama hubungan seksual, yang dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit lain. Seperti juga ketika kita merasakan rasa sakit pada bagian tubuh lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk kecenderungan untuk menjaga area tersebut & bahkan menghindari aktifitas yang berhubungan dengan rasa sakit tersebut.
Penanganan Dyspareunia
Seperti juga pada penanganan disfungsi ereksi, maka pada penanganan terhadap kasus dyspareunia dilakukan pendekatan kepada pasangan, bukan hanya pada satu individu. Berikut beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk penanganan dyspareunia, yang medicastore ambil dari patient :
- Pendekatan umum
1. Terapi harus ditujukan langsung kepada penyebab yang mendasarinya.
2. Pelumas vagina, anestetik lokal atau latihan relaksasi panggul dapat membantu meredakan kejang pada wanita yang mengalami vaginismus.
3. Terapi yang paling efektif untuk mengatasi vaginismus adalah kombinasi antara perubahan tingkah laku, dilatasi vagina & konseling emosional. Dilatasi vagina bukan merupakan prosedur mekanis, tetapi suatu proses pembelajaran bahwa sesuatu dapat dimasukkan kedalam vagina tanpa menyebabkan rasa sakit.
4. Modifikasi teknik seksual juga dapat membantu mengurangi rasa sakit saat berhubungan seksual. Dengan menambah pemanasan/foreplay & menunda penetrasi hingga gairah seksual memuncak dapat meningkatkan lubrikasi vagina & mengurangi rasa sakit saat terjadi penetrasi.
5. Para wanita mungkin merasa khawatir bila vaginanya terlalu kecil untuk dimasuki oleh penis. Sebagai bentuk respon seksual, vagina dapat meningkatkan ukurannya hingga 30-40 %. Vagina dapat menjadi cukup sempit untuk seukuran pensil ataupun cukup lebar untuk seukuran kepala bayi. - Pendekatan Farmakologi
- Apabila terjadi infeksi vagina, perlu untuk ditangani,
- Pemberian obat hormonal dapat membantu endometriosis,
- HRT (Hormone Replacement Therapy) dapat membantu mengatasi berbagai gejala, termasuk atrophic vaginitis,
- Apabila mengalami masalah gangguan seksual, dapapt diberikan obat untuk meningkatkan gairah seksual
Perawatan Dyspareunia Di Rumah
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sendiri di rumah untuk membantu mengatasi dyspareunia, yang kami ambil dari nlm :
- Untuk wanita yang mengalami dyspareunia setelah melahirkan
- Sebaiknya tunggu 6 minggu sesudah melahirkan untuk kembali melakukan aktiftas seksual.
- Tekankan kesabaran & perhatian saat melakukan hubungan seksual.
- Apabila mengalami kondisi vagina yang kering/kurang lubrikasi.
- Gunakan pelumas yang berbahan dasar air.
- Jika mengalami menopause/pra menopause serta pelumas tidak membantu, sebaiknya konsultasikan hal tersebut kepada dokter untuk mendapatkan terapi yang sesuai.
- Apabila merasakan dyspareunia karena sebab lain.
- Apabila wasir menyebabkan terjadinya rasa sakit atau dyspareunia, coba gunakan obat pelunak tinja untuk mencegah wasir bertambah parah.
- Antibiotik mungkin diperlukan untuk menangani infeksi saluran kencing, penyakit menular seksual atau infeksi vagina. Konsultasikan kepada dokter mengenai hal tersebut.
Dapat juga melakukan terapi seksual apabila penyebab mendasar dari dyspareunia tersebut tidak diketahui. Adanya rasa bersalah, konflik pribadi atau bayangan kekerasan seksual di masa lalu dapat menjadi penyebab yang harus diatasi. Sebaiknya berkonsultasi bersama pasangan untuk dapat menyelesaikan hal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar