13 Desember 2010

Wiranto = Ancaman Bagi Amerika, Megawati = Cenderung Korupsi, SBY = ....

Lowongan Kerja SMA SMK
JAKARTA Situs whistler blower WikiLeaks membeber dokumen laporan untuk Kongres AS mengenai sejumlah tokoh politik Indonesia yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Wiranto, dan Megawati Soekarnoputri, khususnya terkait Pemilu 2004. SBY dijuluki sebagai “Jenderal Pemikir”, Wiranto dikesankan sebagai ancaman bagi AS, dan Megawati dinilai pemerintahannya cenderung korupsi.


Sebutan SBY “Jenderal Pemikir” itu termaktub dalam sebuah laporan Congressional Reseach Service (CRS) bertajuk Report RS21287 yang disusun oleh Bruce Vaughn, pejabat Foreign Affairs, Defense and Trade Division. Laporan sejatinya sangat singkat mengenai hasil pemilu yang dimenangkan oleh SBY.


Laporan itu judul lengkapnya “Analyst in Southeast and South Asian Affairs”. Di laporan itulah SBY ditulis sebagai the thinking general. Bukan hanya itu, Amerika juga menyimpulkan sukses pemilu Indonesia pada tahun 2004 mengukuhkan dominasi partai sekuler atau non-agama, seperti Partai Demokrat, Golkar, dan PDI-P yang merupakan tiga partai terbesar di Tanah Air.


CRS sendiri merupakan tangan riset kebijakan publik dari Kongres. Sebagai cabang legislatif, CRS bekerja secara eksklusif dan langsung bertanggung jawab kepada anggota Kongres dan komite-komite yang mereka bentuk dalam konteks rahasia atau confidential. Selain memuji SBY, dokumen ini juga mengungkapkan adanya ketakutan AS bila Wiranto menjadi pemenang Pemilu 2004. Amerika menilai hubungan kedua negara akan rumit karena Kongres menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran HAM di Timor Timur.


Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar, saat dikonfirmasi terkait bocoran dokumen AS itu, tak mau menuding bahwa kekalahan Wiranto pada Pemilu 2004 lalu disebabkan oleh campur tangan Amerika. “Saya belum melihat adanya indikasi ke sana (campur tangan AS),” katanya saat dihubungi Jumat (3/12) kemarin.


Bila dari kacamata Amerika, kata Akbar, cukup beralasan memang mereka tidak suka dengan Wiranto. “Di mata Amerika Wiranto terkait dengan peristiwa HAM Timtim, Mei 98, itu sih cukup beralasan,” katanya.


Namun, sambung bekas ketua tim sukses pasangan Capres Wiranto-Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dalam Pemilu Presiden 2004 lalu itu, apakah SBY menang karena didukung Amerika, hal itu masih jadi tanda tanya. “Itu masih menjadi pertanyaan,” paparnya.


Soal dokumen WikiLeaks itu, Akbar justru tak menaruh amarah. Sebab informasi yang disimpan sewaktu-waktu pasti akan terbongkar juga “Ini pasti ketahuan, kasus Watergate toh terbongkar juga kan di Amerika,” katanya.


Saat dikonfirmasi terpisah soal itu, Sekretaris Fraksi Hanura DPR Syarifuddin Suding kemarin mengatakan, hal itu menunjukkan Wiranto seorang pemimpin yang tegas hingga AS pun takut jika Wiranto terpilih sebagai presiden. Suding menegaskan kekhawatiran AS tidak berkaitan dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Wiranto di masa lalu. Kepanikan AS lebih kepada cara kepemimpinan ketua umum Partai Hanura tersebut.


“Saya kira tidak ada kaitan di situ. Saya rasa karena Pak Wiranto memiliki sikap, dan memimpin dengan tegas, tidak ingin diintervensi,” ujarnya. Suding menambahkan munculnya informasi tersebut di situs Wikileaks akan ditindaklanjuti. Fraksi Hanura akan menggelar rapat internal untuk menentukan langkah. “Apakah akan memanggil Menkominfo Tifatul Sembiring agar memblokir situs tersebut atau lainnya tergantung rapat,” imbuhnya.


Mega kalah pemilu


Sedang soal Megawati, AS sempat menyebutkan bahwa pemerintahan era Megawati cenderung korupsi. Dalam laporan khusus bertajuk Indonesia: Domestic Politics, Strategic Dynamics and American Interests, itu diceritakan mengapa Megawati kalah dalam Pemilu 2004. Megawati dianalisa kalah karena penurunan dukungan, dibandingkan dengan Pemilu tahun 1999, kurangnya pertumbuhan ekonomi, dan dilanda korupsi.


Selain itu laporan ini juga menyebutkan Menlu AS Hillary Clinton meminta data biometrik Perwakilan Tetap RI untuk PBB agar diambil. Hillary Clinton meminta perwakilan AS untuk memata-matai di Kantor PBB, New York, AS. Dokumen itu tertanggal Jumat, 31 Juli 2009 dengan kode referensi STATE 048489.


Salah satu perintah Hillary adalah meminta data biografi dan biometrik pada diplomat berbagai negara yang berada di PBB. Hal ini mulai dari Dewan Keamanan sampai wakil tetap untuk PBB.


Nah, Indonesia juga menjadi incaran Hillary Clinton. Di PBB, Indonesia adalah anggota tetap Group of 77 atau G-77. G-77 Adalah negara-negara non blok dan kekuatan dunia baru. “Informasi biografi dan biometrik dari anggota tetap G-77 khususnya China, Mesir, India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Afrika Selatan, Sudan, Uganda, Senegal dan Syria,” demikian kawat diplomatik dari Hillary.


Hillary juga meminta dicari tahu bagaimana komunikasi perutusan tetap itu dengan pemerintah di negara asal mereka. Terkait Indonesia, WikiLeaks masih punya 3.059 kawat diplomatik dari Kedubes AS Jakarta dan 167 kawat diplomatik dari Konjen AS Surabaya. Dokumen ini pun rencananya akan dibocorkan mereka secara bertahap.


Laporan tertanggal 20 Juni 2007 yang kemudian diperbarui pada 17 Juni 2008 itu memang mendeskripsikan secara detail mengenai situasi politik Indonesia dalam Pemilu 2009. “Laporan ini bertujuan menyediakan konteks yang luas agar bisa memahami kompleksnya hubungan antar isu tersebut,” demikian penggalan laporan itu. Bila dibaca sekilas, kelihatan sekali bahwa laporan itu memang ditujukan untuk kepentingan Washington.


TNI mewaspadai


Di tempat terpisah Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan pihaknya akan mengantisipasi kebocoran data intelijen dan militer Indonesia. Namun hal itu belum dianggap oleh TNI sebagai ancaman serius. Pasalnya sejauh ini TNI belum mendapatkan konfirmasi mengenai kebocoran dokumen rahasianya.


“Belum ada secara resmi diumumkan kalau TNI membocorkan,” tutur Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, usai upacara penerimaan 1.301 anggota TNI yang baru saja kembali dari Lebanon untuk misi perdamaian di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat kemarin.


Dia menjelaskan saat ini TNI tengah mendalami apakah ada kebocoran yang terjadi. TNI juga tengah melakukan pencegahan-pencegahan terjadinya kebocoran dokumen rahasia TNI, yang dapat mengancam kedaulatan bangsa. “Jika memang ada kebocoran, bisa saja hal tersebut disebabkan oleh keteledoran anggotanya, maupun kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang ingin stabilitas negara terganggu,” imbuhnya.


Sebelumnya situs Wikileaks telah membocorkan rahasia intelijen dan militer dari berbagai negara. Wikileaks juga membocorkan kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat, antara lain berisi penghinaan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton terhadap Presiden Argentina dan permintaan Raja Arab Saudi untuk menyerang Iran dan menyebut Presiden Iran sebagai ular berbisa.


Kalangan DPR menduga isi dokumen itu pasti menggegerkan jagad politik Tanah Air. Anggota Komisi I DPR Teguh Juwarno merujuk pada bocornya dokumen-dokumen rahasia di banyak negara yang dibocorkan WikiLeaks. “Meski saya belum tahu pasti, namun dokumen-dokumen itu patut dicermati. Pasti akan bikin geger politik Tanah Air,” kata Teguh.


Dia menebak-nebak salah satu isi dokumen WikiLeaks bisa jadi terkait sokongan politik pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap rezim politik di Indonesia. “Bisa jadi di dalamnya berisi soal dukungan politik Amerika dalam soal pemilihan pemerintah Indonesia. Memang kita tidak tahu pasti, tapi kalau merujuk bocornya informasi yang sudah dibuka itu terkait dengan pemimpin-pemimpin negara yang jadi mitra Amerika,” tandasnya.


Teguh menduga isi dokumen rahasia itu juga berisi pernyataan yang menyudutkan pemerintah Indonesia saat ini. “Ini kan rahasia kedutaan Amerika di Indonesia yang bocor terkait dengan pemerintah Indonesia dalam periode yang cukup panjang,” terangnya.
sumber : dunia-unik.com
Lowongan Kerja SMA SMK