16 Juni 2011

Mengintip Masa Depan OpenOffice.org di Tangan Apache

Lowongan Kerja SMA SMK
Per tanggal 13 Juni 2011 kemarin, Apache Software Foundation (ASF) secara resmi memasukkan pengembangan OpenOffice.org (OOo) ke dalam inkubator mereka. Hal ini berarti OpenOffice.org telah -- meminjam istilah yang digunakan Oracle dan IBM -- kembali ke tangan komunitas. Pertanyannya adalah, benarkah OpenOffice.org kembali ke tangan komunitas? Dan bagaimanakah masa depan OpenOffice.org?

 

Penerimaan OpenOffice.org dari Oracle ke tangan ASF yang kemudian dimasukkan ke dalam inkubator ini berawal ketika pada 1 Juni 2011 lalu Oracle mengumumkan pendonasian (penyerahan) OOo ke tangan ASF. Dengan pendonasian ini, Oracle -- dan IBM tentu saja -- berharap OOo dapat kembali ke komunitasnya terdahulu serta dapat meraih kembali kejayaan yang telah dicapai di tahun-tahun sebelumnya.

ASF adalah sebuah yayasan yang memiliki banyak anggota. Dan karena ASF adalah sebuah organisasi, maka penerimaan OOo ini tidak bisa dilakukan oleh satu orang. Untuk mendapatkan keputusan, maka dilakukanlah voting untuk menentukan apakah OOo akan dimasukkan ke dalam inkubator ASF atau justru ditolak.

Setelah melalui perdebatan dengan argumen-argumen panjang selama 72 jam sekaligus voting maka diputuskan bahwa OOo dimasukkan ke dalam inkubator ASF sebagaimana hasil voting.
Dalam sepuluh tahun terakhir, OpenOffice.org diakui telah menjadi office suite nomor dua setelah Microsoft Office. Sayangnya, dalam dua tahun terakhir belakangan ini pengembangan OOo seolah mati suri dan tidak memiliki titik terang.

OpenOffice.org 3.4 yang seyogyanya dirilis pada Mei/Juni 2011 pun tak ada kabarnya. Yang lebih pelik lagi tak seorang pun dari pengembang yang bisa menjawab mengenai permasalahan ini. Hal ini juga diperparah proses akuisisi Sun Microsystems ke Oracle dengan kebijakan baru yang membuat berang pengembang OOo dan kemudian lari ke The Document Foundation untuk membuat LibreOffice.

Dengan OOo berada di tangan ASF, memang ada kemungkinan pengembangan akan berjalan lebih cepat. Namun rasanya tidak akan lebih cepat dari LibreOffice. Penyebab lambatnya proses pengembangan dan distribusi adalah kebijakan di ASF dan juga permasalahan lisensi OOo yang menggunakan Apache License 2.0.

Dengan lisensi Apache ini, maka OOo tidak dapat meminjam kode yang menggunakan lisensi LGPL maupun Mozilla Public License (MPL). Sementara itu, berbanding terbalik dengan OOo, LibreOffice yang menggunakan lisensi LGPLv3 dan MPL dapat meminjam kode berlisensi Apache License 2.0, seperti OpenOffice.org.

Di sisi lain, jumlah pengembang untuk OOo juga tidak -- mungkin belum -- banyak. Dalam wiki inkubator OOo di ASF terdapat 87 orang inisiator yang bersedia berkontribusi dimana dari keseluruhan ini hanya 22 orang yang sebelumnya telah aktif sebagai pengembang OOo.

OpenOffice.org bukanlah sebuah proyek kecil dan untuk mengubah komponen third party yang saat ini ada di OOo maupun penambahan dictionary saja bukan perkara mudah. Jika ASF memang berniat mengembalikan kejayaan OOo, maka seharusnya mereka mencari pengembang tambahan untuk mendukung proses pengembangan ini.

Selain permasalahan di atas, permasalahan lainnya adalah adanya kemungkinan konflik kepentingan antara Oracle, Apache dan IBM. ASF sebagai wadah yang memberikan inkubasi seharusnya memberikan perhatian lebih kali ini agar dapat memenuhi harapan. Karena jika sampai OOo ini mengalami kegagalan, maka bukan tidak mungkin citra ASF juga akan jatuh di mata komunitas maupun pengguna.

Sebagai informasi tambahan, Free Software Foundation yang digawangi Richard Stallman -- sebagaimana mayoritas pengembang individu maupun komunitas dan pengguna-- lebih mendukung LibreOffice dibanding OpenOffice.org.

Dan ngomong-ngomong, jika saya harus memilih tentu saja saya memilih LibreOffice dan begitu juga saran saya.
Lowongan Kerja SMA SMK

0 komentar: