|
Tweet |
Pernahkah kita berpikir untuk menghapus kawasan Legendaris itu dari kota surabaya ? Pernakah terbesit dampak sosial, ekonomi yang diakibatkannya dari penutupan kawasan Pelacuran prostitusi Lokalisasi Dolly ? Mau dikemanakan mereka semua ? Bagaimana nasib Wanita penghibur, Germo, Penyanyi dangdut, score girl, MC, pemijat plus2, Kasir, Pedagang kaki lima, tukang parkir, calo pelacuran disana ? Adakah solusi untuk mereka semua ? Sudahkah semua diperhitungkan secara matang ?
Achiles bukanlah pendukung pelacuran, bukanah pembela prostitusi ataupun penikmat jasa lokalisasi dolly, namun hanya berfikir akan ada gejolak sosial yang luar biasa jika kebijakan penutupan kawasan dolly tidak diperhitungkan secara matang. Keputusan yang serba instan hanya akan merugikan salah satu pihak. Achiles yakin dalam hati semua penjaja cinta disana juga ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih layak karena menjadi pelacur dipelacuran Dolly bukanlah cita2 maupun pilihan hidup mereka dari kecil.
Kita tidak dapat menutup mata karena inilah sebuah fakta kelam dunia malam surabaya. Kehidupan seorang pelacur mungkin tidak pernah hadir dalam pikiran anda. Perempuan berpakaian minim dan seksi menawarkan kenikmatan persetubuhan. Kita tidak akan sampai pada duka lara dibalik senyum dan desahan mereka. Kita juga tak akan pernah mengerti derita dibalik lenguhan mereka.
Lokalisasi pelacuran Dolly membutuhkan penanganan yang terbaik. Terbaik untuk kota surabaya, terbaik untuk penduduk disana dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Hitam putih kehidupan Surabaya sebagian kecil terungkap dengan jelas di prostitusi lokalisasi dolly. Biarlah yang merasa putih tetaplah merasa putih, karena buat achiles Hitam adalah identitas, identitas kesadaran akan keberdosaan. Perlakukan dengan adil Kawasan Industri seks terbesar se-Asia tenggara kebangaan masyarakat Surabaya ini.
0 komentar:
Posting Komentar