|
Tweet |
Sekitar seratus orang, yang mengaku sebagai korban pelecehan seksual rohaniwan Katolik dari sejumlah negara, mendatangi Tahta Suci Vatikan untuk mengadu kepada Paus Benediktus XVI, Minggu waktu setempat, 31 Oktober 2010. Namun, usaha mereka dihalangi oleh polisi Italia, yang melarang mereka mencapai Lapangan St. Peter, Vatikan.
Menurut kantor berita Associated Press, para pengadu berasal dari Italia, Inggris, Amerika Serikat, Irlandia, Belanda, dan Australia. Mereka melakukan aksi menyalakan lilin, yang merupakan bentuk simpati terhadap apa yang menurut mereka juga terjadi kepada sejumlah korban lain di berbagai negara.
Kebanyakan dari mereka mengenakan kaus bertuliskan bahasa Jerman, Italia dan Inggris yang berarti: “Cukup!” dan membawa poster bertuliskan 'Jauhi anak-anak!'
Pemimpin rombongan tersebut, Gary Bergeron, mengatakan mereka akan terus menyuarakan aspirasi anak-anak yang menjadi korban pelecehan sejumlah pastor sampai Tahta Suci mengambil tindakan nyata. “Hari ini, bisikan yang dulu tidak terdengar kini mulai terdengar,” ujar Bergeron seperti dilansir AP.
Di antara kelompok tersebut terdapat 55 penderita tuli dari sebuah Institusi Katolik di Verona, Italia. Mereka juga mengaku jadi korban pelecehan seks.
Para demonstran sempat dilarang untuk mendekati wilayah Vatikan setelah muncul penolakan dari otoritas negara terkecil di dunia tersebut. Ini adalah hal biasa mengingat Vatikan tidak akan menyetujui acara yang tidak langsung diselenggarakan Tahta Suci.
Namun, atas seizin Juru Bicara Vatikan, Federico Lombardi, sejumlah perwakilan demonstran diperbolehkan mengirim surat secara langsung kepada Paus. Bergeron bersama seorang lainnya membawa lilin besar dan berjalan menuju istana Vatikan. Mereka menaruh surat yang disegel tersebut di tangga istana.
Perwakilan demonstran ini juga menaruh dan menyusun puluhan batu, persis seperti tanda penunjuk jalan di pegunungan. Batu-batu ini merupakan jalur simbolik kepada para korban bahwa mereka tidak sendiri.
“Perjalanan para korban maju selangkah demi selangkah. Hari ini sangat berarti bagi para korban. Ini pertama kalinya kelompok besar korban datang bersama dan menyatakan suara mereka di Italia,” ujar Bergeron.
Hingga berita ini diunggah, belum ada tanggapan dari Vatikan mengenai aksi ini. (kd)
sumber : vivanews.com