|
Tweet |
Lokasi gedung ini seperti bangunan kebanyakan. Tetapi sesaat melongok ke dalam, ada sebuah jawaban besar, terutama untuk energi terbarukan di masa depan.
Seperti dilansir Daily Mail, 15 November 2010, gedung yang dimaksud itu milik National Ignition Facility (NIF) di Livermore, California, Amerika Serikat. Para peneliti sedang membangun pembangkit energi atau reaktor gabungan pertama di dunia.
Proyek itu menelan dana sekitar 2,2 miliar poundsterling atau sekitar Rp31 triliun. Hasil dari megaproyek ini diperkirakan akan bisa digunakan pada 2012. Alat apa sebenarnya yang sedang dibuat? Ada yang menyebutnya bintang buatan di bumi, atau mungkin lebih tepatnya matahari mini buatan untuk bumi.
Mengapa matahari? Karena alat ini bisa melakukan reaksi fusi dan menghasilan energi seperti yang berada di perut matahari. Pancarannya cahayanya bersumber dari sinar laser yang dipasang. Ini merupakan megaproyek konstruksi sinar laser terbesar di dunia. Proyek ini di bawah naungan Departemen Energi Amerika Serikat.
Energi mirip matahari ini akan disokong oleh rangkaian sinar laser terbesar di dunia. Ledakan energinya diperkirakan bisa menyamai ledakan bom hidrogen atau setara energi di dalam perut matahari. Dasar pembuatan alat luar biasa ini untuk memenuhi kebutuhan energi di Amerika.
Untuk membuat alat supercanggih ini, ilmuwan yang terlibat membutuhkan ruangan sebesar tiga kali lapangan bola. Fasilitas itu dilengkapi dengan 192 pemancar laser. Masing-masing laser memiliki kehandalan menempuh jarak 300 meter dalam waktu seperseribu detik. Suhu yang diciptakan bisa mencapai 100 juta derajat celcius. Laser-laser ini memiliki keakuratan sasaran target yang jitu. Bahkan, sasaran sebesar karet penghapus di ujung pensil pun bisa dibidik dengan tepat.
Secara keseluruhan, 192 laser dari alat seberat 450 kilogram dan diperkuat fondasi beton itu melebihi kekuatan sebelumnya yang sudah diklaim. Kekuatan ini sekitar 60 sampai 70 kali lebih dahsyat dari pancaran 60 laser dari University of Rochester, New York. Bila proyek ini sukses, maka ketergantungan Amerika pada minyak luar negeri dapat tergantikan. Fasilitas ini juga untuk membuka tabir rahasia reaksi fusi nuklir, reaksi yang menciptakan bom hidrogen mematikan.
Dalam waktu dekat, para pencipta alat ini akan mengadakan eksperimen dengan menyalakan matahari mini itu untuk memicu reaksi termonuklir, reaksi nuklir yang dipicu dari tingkatan suhu.
Tujuan akhirnya, percobaan ini dapat membangkitkan energi lebih dari 100 juta derajat celcius dan memiliki tekanan miliaran kali lipat lebih tinggi dari yang ada di muka bumi. Bahan bakarnya, hanya sebesar jarum pentul biasa. Jika ini sukses, maka ini menjadi stasiun pembangkit energi fusi nuklir dengan sumber energi yang tidak terbatas.
Teknologi ini diprediksi bisa menjadi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh dunia. Pembangkit ini tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, beroperasi tanpa berhenti, produksi radioaktifnya pun tidak berbahaya. Umurnya, bisa lebih panjang dari pembangkit listrik yang pernah ada. 'Bila ini selesai, ini menjadi awal mula sejarah dan membuat Amerika lebih bebas menentukan sumber energi,' kata Direktur NIF Ed Moss.
Seperti dilansir Daily Mail, 15 November 2010, gedung yang dimaksud itu milik National Ignition Facility (NIF) di Livermore, California, Amerika Serikat. Para peneliti sedang membangun pembangkit energi atau reaktor gabungan pertama di dunia.
Proyek itu menelan dana sekitar 2,2 miliar poundsterling atau sekitar Rp31 triliun. Hasil dari megaproyek ini diperkirakan akan bisa digunakan pada 2012. Alat apa sebenarnya yang sedang dibuat? Ada yang menyebutnya bintang buatan di bumi, atau mungkin lebih tepatnya matahari mini buatan untuk bumi.
Mengapa matahari? Karena alat ini bisa melakukan reaksi fusi dan menghasilan energi seperti yang berada di perut matahari. Pancarannya cahayanya bersumber dari sinar laser yang dipasang. Ini merupakan megaproyek konstruksi sinar laser terbesar di dunia. Proyek ini di bawah naungan Departemen Energi Amerika Serikat.
Energi mirip matahari ini akan disokong oleh rangkaian sinar laser terbesar di dunia. Ledakan energinya diperkirakan bisa menyamai ledakan bom hidrogen atau setara energi di dalam perut matahari. Dasar pembuatan alat luar biasa ini untuk memenuhi kebutuhan energi di Amerika.
Untuk membuat alat supercanggih ini, ilmuwan yang terlibat membutuhkan ruangan sebesar tiga kali lapangan bola. Fasilitas itu dilengkapi dengan 192 pemancar laser. Masing-masing laser memiliki kehandalan menempuh jarak 300 meter dalam waktu seperseribu detik. Suhu yang diciptakan bisa mencapai 100 juta derajat celcius. Laser-laser ini memiliki keakuratan sasaran target yang jitu. Bahkan, sasaran sebesar karet penghapus di ujung pensil pun bisa dibidik dengan tepat.
Secara keseluruhan, 192 laser dari alat seberat 450 kilogram dan diperkuat fondasi beton itu melebihi kekuatan sebelumnya yang sudah diklaim. Kekuatan ini sekitar 60 sampai 70 kali lebih dahsyat dari pancaran 60 laser dari University of Rochester, New York. Bila proyek ini sukses, maka ketergantungan Amerika pada minyak luar negeri dapat tergantikan. Fasilitas ini juga untuk membuka tabir rahasia reaksi fusi nuklir, reaksi yang menciptakan bom hidrogen mematikan.
Dalam waktu dekat, para pencipta alat ini akan mengadakan eksperimen dengan menyalakan matahari mini itu untuk memicu reaksi termonuklir, reaksi nuklir yang dipicu dari tingkatan suhu.
Tujuan akhirnya, percobaan ini dapat membangkitkan energi lebih dari 100 juta derajat celcius dan memiliki tekanan miliaran kali lipat lebih tinggi dari yang ada di muka bumi. Bahan bakarnya, hanya sebesar jarum pentul biasa. Jika ini sukses, maka ini menjadi stasiun pembangkit energi fusi nuklir dengan sumber energi yang tidak terbatas.
Teknologi ini diprediksi bisa menjadi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh dunia. Pembangkit ini tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, beroperasi tanpa berhenti, produksi radioaktifnya pun tidak berbahaya. Umurnya, bisa lebih panjang dari pembangkit listrik yang pernah ada. 'Bila ini selesai, ini menjadi awal mula sejarah dan membuat Amerika lebih bebas menentukan sumber energi,' kata Direktur NIF Ed Moss.
sumber : focus-global.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar